Minggu, 05 Februari 2012

BAGAWADGHITA BAB 11-12

Bab 11- Transformasi Sang Kresna
Page 1 of 6
1. Dengan kasih-sayangMu Dikau telah menyibakkan rahasia nan agung mengenai Jati Diri (Sang Atman), dan sabda-sabdaMu telah menghapus kebodohanku.
Sang Arjuna rupanya telah mulai sadar, dan pupus atau hapus sudahlah kebodohannya yang berbentuk moha (keterikatan, pada sanak-keluarga). Sabda-sabda Sang Kreshna bahwa Ia lah Sang Brahman, Sang Atman Yang Hadir dalam setiap unsur dan makhluk dan selalu bersifat abadi, membuat Sang Arjuna dipenuhi oleh rasa aman, damai, tentram dan sentosa. Sadarlah ia dari kegelapan yang selama ini menyelimutinya, dan tak ragu-ragu lagi ia menghadapi perang Baratayudha yang ada dihadapannya. Bukankah sebenarnya setiap saat, setiap hari adalah perang besar antara kita manusia dengan lingkungan disekitar kita, dengan hati-nurani kita, dengan keserakahan kita dan orang lain dalam berbagai bentuk seperti moha, loba, ahankara dan sebagainya.

2. Aku telah mendengar dariMu secara penuh, oh Kreshna, tentang kelahiran dan kematian yang ada, dan juga tentang keagunganMu yang tak terbinasakan.
3. Dikau adalah, oh Tuhan, Yang Maha Kuasa, seperti yang Dikau katakan tentang DiriMu. Tetapi aku berhasrat melihat bentukMu yang agung dan suci, oh Purushottama (manusia yang terutama).
4. Seandainya Dikau menghendaki, oh Tuhan, bahwa olehku dapat terlihat, maka bukakanlah kepadaku, oh Yang Maha Memiliki llmu pengetahuan (yoga), bentuk diriMu yang tak terbinasakan.

Arjuna yang selama ini telah mendengarkan sabda-sabda suci Sang Kreshna mengenai kelahiran dan kematian semua yang ada di dunia ini dan juga mengenai diri Sang Kreshna sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Yang Maha Esa Sendiri dengan segala-segala tindakan-tindakanNya yang kreatif dan penuh kasih terhadap semua makhluk, sekarang ini berhasrat sekali untuk melihat sendiri atau untuk membuktikan apa yang telah didengarkannya selama ini. Melihat dan membuktikan memang lebih meyakinkan daripada mendengarkan, maka Arjuna pun memohon Sang Yogeshwara (Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Pemilik Semua Ilmu Pengetahuan) agar sudi diperlihatkan kepadanya bentukNya yang suci dan agung itu, yang tak terbinasakan. Arjuna ingin sekali melihat Sang Kreshna dalam bentukNya sebagai Parameshvaram dan Purushottama, yaitu sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Agung, dan juga sebagai Manusia Yang Maha Kuasa dan Agung (Vishnu).
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
5. Saksikanlah, oh Arjuna, bentukKu yang beratus-ratus dan beribu-ribu jumlahNya (rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan bentuk-bentukNya.
6. Saksikanlah para Aditya, para Vasu, para Rudra, kedua Ashvin, dan para Marut. Saksikanlah, oh Arjuna, keajaiban-keajaiban yang tak pernah terlihat sebelum ini.
7. Saksikanlah hari ini, oh Arjuna, seluruh alam semesta dan isinya yang bergerak dan yang tak bergerak, dan apapun juga yang ingin dikau saksikan - semua terpusat pada tubuhKu.
Sang Kreshna segera menerangkan kepada Arjuna tentang bentuk-bentuk dan rupa-rupa yang akan segera disaksikan oleh Arjuna, yaitu yang tak terhitung jumlahnya dan bentuknya, maupun warna-warninya, yang merupakan gabungan dari para dewa seperti Aditya, yaitu dewa-dewa yang ada hubungannya dengan matahari, Vasu, Rudra (dewa-dewa malapetaka), Ashvin (dewa penolong orang-orang sakit yang dikenal sebagai tabib-tabib suci), Marut dan ciptaan-ciptaanNya yang terkecil dan tak terlihat oleh manusia. Sang Kreshna pun dengan senang hati ingin memperlihatkan kepada Arjuna bentuk-bentukNya yang bergerak dan tak bergerak bahkan seluruh kosmos (alam semesta) yang terkonsentrasi atau terpusat pada DiriNya Tetapi penyaksian Ilahi semacam ini tidak mungkin terlihat dengan mata duniawi, maka Sang Kreshna pun segera memberikan mata suci (divyam chakshuh) kepada Arjuna agar terlihat olehnya semua bentuk-bentuk suci dari Yang Maha Esa olehnya. Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik, seorang yang sudah sadar dan dapat "melihat kedalam." Ini mengingatkan kita kepada salah seorang nabi bangsa Yahudi yang pernah memohon kepada Yang Maha Esa, "Tuhan, bukalah matanya agar ia dapat melihat." Dan hal ini berlaku untuk kita semuanya, mohon dan berdoalah selalu kepada Yang Maha Esa agar dibukakan mata dan hati kita agar dapat kita melihat dan menyadari atau mengenalNya secara sejati. Sebenarnya semua jalan ke arah Yang Maha Esa sudah tersedia di sekitar kita, yang diperlukan hanyalah "membuka mata" kita sedikit saja.
8. Tetapi, sebenarnya, dikau tak akan dapat meyaksikanKu dengan mata duniawimu ini, makaKu berkahkan kepadamu mata suci. Saksikanlah yogaKu Yang Maha Dahsyat (kekuatan yang suci dan agung).

Sekarang tibalah saatnya Arjuna melihat bentuk Yang Maha Suci dan Agung di dalam diri Sang Kreshna. Di dalam diri Sang Kreshna nampak terpusat seluruh alam semesta dan semua itu terbuka untuk dilihat oleh Arjuna, dengan mata Ilahi yang dikaruniakan oleh Sang Kreshna.

Berkatalah Sanjaya:
9. Setelah bersabda demikian, oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Kreshna) kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada Arjuna.

Sang Kreshna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan Penuh dengan keajaiban-keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
10. Dengan jumlah mulut dan mata yang tak terhitung banyaknya, dengan jumlah keajaiban-keajaiban yang tak terhitung nampaknya, dengan jumlah hiasan badan nan suci yang tak terhitung jumlahnya dan dengan senjata-senjata Ilahi yang tak terhitung banyaknya yang semuanya terlihat terangkat;

Page 2 of 6
11. Dengan memakai kalungan-kalungan bunga dan jubah-jubah sorgawi semerbak mewangi dengan wewangian sorgawi, penuh dengan kemukjizatan, terang-benderang, tanpa batas dan wajah yang memandang ke setiap arah.
Sang Kreshna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan dalam manifestasiNya yang beraneka ragam, yang mulut dan mataNya tersebar di mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak memakai jubah-jubah dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi. Juga nampak mengenakan hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata simbolis sorgawi di mana-mana dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak semua senjata-senjata ini siap terangkat ke atas.
12. Kalau saja dapat seribu mentari bersinar pada saat yang sama, mungkin demikianlah kedahsyatan yang terpancar dari Makhluk Itu.
Terang-benderangnya atau kemerlapanNya begitu dahsyat sehingga dibandingkan dengan seribu mentari yang bersinar sekaligus, bayangkan bagaimana dahsyat Yang Maha Esa ini dengan segala kekuasaan dan keperkasaanNya.
13. Di situlah Arjuna menyaksikan seluruh alam semesta beserta segala isinya yang beraneka-ragam teruntai menjadi satu, di dalam raga Tuhan nya para dewa-dewa.
Dengan mata sucinya, Sang Arjuna melihat Yang Maha Esa, Tuhan dari segala tuhan dan dewa-dewa, melihat seluruh untaian kehidupan kosmos yang beraneka-ragam jumlahnya tanpa akhir tetapi teruntai menjadi suatu kesatuan di dalam Yang Maha Esa.
14. Kemudian, ia, Arjuna, penuh takjub, bulu-bulunya tegak berdiri, menundukkan kepalanya dan menyembahNya dengan kedua tangannya yang terkatub, ia berkata:
Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:
Berkatalah Arjuna:
15. Yah! Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci!
Arjuna yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. Ia melihat dan menerangkan semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Kreshna ia melihat semua bentuk-bentuk dewa-dewi suci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci yang ditemuinya di dunia.
16. Dikau lah Tuhan dari semuanya ini.
Kulihat tangan-tangan dan dada-dadaMu, Dalam bentuk yang beraneka-ragam, tetapi tak kulihat bagian tengahMu atau permulaan dan akhirMu!
Terlihat oleh Arjuna bentuk Sang Kreshna yang tanpa batas, dan hadir dalam berbagai bentuk sorgawi dan duniawi di setiap penjuru alam semesta, dan setiap bentuk ini lengkap dengan wajah, mulut, dada, dan sebagainya dalam suatu kesatuan kehidupan yang berlainan dan amat bervariasi. Dalam bentuk kaleidoskopik ini, Yang Suci dan Agung, Sang Kreshna hadir sebagai Yang Tak Bermula atau Berakhir. Semua aspek-aspek ini hadir dalam bentuk suciNya.
17. Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada,

Kulihat Dikau gilang-gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya: terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang bersinar di setiap sisi!
Kata-kata Arjuna di sini bisa juga berarti bahwa Sang Kreshna atau Yang Maha Esa hadir di mana-mana tanpa batas dan diskriminiasi, ibarat sinar matahari yang bersinar di setiap sisi dan sudut bumi ini secara adil dan merata.
18. Dikaulah Yang Aksharam - Yang Maha Esa,

Dikaulah tempat beristirahat semuanya yang ada di dunia ini, Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa, Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan!
Aksharam berarti yang tak terbinasakan. ia juga tempat bersemayam kita semua, sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan hasil-hasil rencana kita. la juga Yang selalu menjaga agar dharma (kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. la juga yang tak akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan selalu hadir dan ada walaupun yang lainnya sudah binasa semua.
19. Kulihat Dikau, Tuhan! Sebagai Yang tunggal tanpa asal, tanpa tengah, tanpa akhir. Kulihat Dikau sebagai kekuatan dahsyat, tangan-tanganMu yang tak terhitung jumlahnya, rembulan dan mentari sebagai mata-mataMu, wajahMu bak api yang membara!
Arjuna melihatNya sebagai yang tak bermula, tak terlihat juga masa tengah maupun akhirNya, karena memang la tak pernah dilahirkan dan tak akan binasa. Yang Maha Kuasa banyak tangannya, ini menandakan kekuasaanNya dan kehadiranNya yang tanpa batas. Dan api yang membara yang terlihat oleh Arjuna adalah api pengerobananNya yang menghangatkan dunia ini dengan kebesaran dan kasih-sayangNya.
20. Dunia ini dari batas ke batas, dari kutub ke kutub, penuh dengan Dikau semata, seisi alam ini penuh! Melihat pemandangan yang menggetarkan dan menakjubkan dariMu ini, ketiga dunia ini tenggelam, oh Yang Maha Perkasa! Seluruh alam semesta yang tanpa batas ini penuh dengan Yang Maha Esa semata, dan dengan penuh takjub dan gentar ketiga dunia beserta segala isi dan makhluk-makhluknya menunduk dan bersujud hormat kepada Yang Maha Esa.

Page 3 of 6
21. Jajaran para dewa mendekat dan menyatu denganMu, mereka mengatubkan kedua telapak tangan mereka dengan ketakutan, MemujaMu! Para Resi dan Siddha (mereka yang telah sempurna) berteriak, "Hidup, hidup!" Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!
22. Para Rudra, dan para Aditya, juga para Vasu, para Sadhya, Siddha, Vishva, Usmapa, para Marut, Ashvin, Yaksha, Asura, dan para Gandharava -- semuanya memandangMu dengan takjub!Semua dewa-dewi dan penghuni sorgaloka dan loka-loka lainnya takjub akan kebe saranNya yang tanpa batas ini. Rudra (dewa-dewa bencana dan maut), Vasu (dewa-dewa kekayaan), Sadhya (dewa-dewa yang tinggal diantara sorga dan bumi), Aditya (dewa-dewa matahari), Vishva (dewa-dewa yang berhubungan dengan ketabahan), Marut (dewa-dewa yang berhubungan dengan udara), Ushamapa (dewa-dewa peminum hawa panas), Gandharva (para penyanyi sorgawi), Yaksha (dewa-dewa harta), Asura (setan-setan).
23. (Melihat) bentukMu yang perkasa dengan mulut dan mata, benda-benda dan kaki yang tak terhitung jumlahnya, dan tangan-tangan yang begitu luasnya, perut dan gigi yang tak terhitung banyaknya, seluruh loka-loka ini melihat dan tergetar, begitu pun daku!
24. Kulihat Dikau menyentuh langit-langit, membara dengan warna-warni mulutMu terbuka lebar dan mataMu bersinar-sinar, kala kulihat Dikau seperti ini; Kalbuku tergetar, kekuatanku sirna, dan aku tak memiliki kedamaian lagi.
25. Oh, tajam seperti baranya api Waktu, kulihat mulut-mulutMu yang bertaring menakutkan!
Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada.
Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan! Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini! Alam semesta dan isinya semua seakan-akan terkena "teror" yang maha-dahsyat melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. la melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya semata, dan terlihat juga la ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak positif dalam setiap tindakan kita.
26. Ke dalam mulutMu yang terbuka lebar, dan bergigi menyeramkan dan terlihat menakutkan, masuklah mereka dengan amat cepat -
27. Semua putra-putra Dhritarastra, dan beserta mereka, para raja-raja, dan Bhisma, Kama, Dronacharya, dan semua pendekar-pendekar agung tuan-rumah kami, banyak terperangkap diantara gigi-gigi dan terlihat kepala-kepalanya, terjepit dan pecah dan berjatuhan menjadi debu dan binasa. Diantara geraham-gerahamMu tergeletak -pahlawan-pahlawan terbaik dari kedua laskar ini!
28. Bagaikan air bah sungai yang mengalir deras dan menyatu dengan lautan, begitulah para orang-orang kuat ini, pahlawan-pahlwawan agung ini, melaju deras masuk ke dalam mulutMu yang penuh dengan api yang membara! Melaju, dalam arus yang tak putus-putusnya dan hilanglah mereka!
29. Ibarat kawanan laron yang melaju cepat ke arah sebuah pelita — ke api yang membara - untuk mati didalamnya, begitu juga manusia-manusia ini, dengan kecepatan yang tinggi, melaju deras ke arah kematian mereka di dalam mulut-mulutMu yang membara.
30. Pada setiap sisi, dengan mulut-mulutMu yang membara dan menakutkan, Dikau menjilat loka-loka ini, melahap semuanya. CahayaMu yang terang-benderang, oh Vishnu, masih mengisi bumi ini dari ujung ke ujung: terbakarlah alam semesta ini!
Berputar-putar dengan roda Sang Waktu, para pendekar dan pahlawan dunia ini pun terjepit diantara gigi-gigiNya, yaitu perumpamaan dari Hukum Karma. Semua jajaran Kaurawa dan Pandawa melaju dengan kencang ke arahNya tanpa daya. Seperti sungai-sungai yang penuh air-bah yang melimpah mengalir deras ke arah lautan-lepas tanpa kendali, maka kita semua pun tanpa daya melaju kencang ke arahNya kembali begitu kita lahir di dunia ini. Perumpamaan yang kedua adalah ibarat kawanan laron (sejenis serangga) yang selalu mengorbankan dirinya dengan menabrak api atau lampu pada malam hari, begitu pula dengan kita manusia ini yang tanpa sadar sebenarnya sedang mengarah ke kematian kita setiap hari, setiap menit, setiap detik dan setiap saat, dan semua ini tanpa kita sadari. Yang kita "sadari" hanyalah menikmati semua kenikmatan duniawi selama mungkin, dan tidak pernah terbetik di dalam benak kita untuk apa sebenarnya kita ini lahir atau hidup, atau dilahirkan atau dihidupkan? Dan Yang Maha Esa di sini diibaratkan dengan mulut Yang Penuh dengan bara api yang membakar kita semua akhirnya. la menjilat dengan bara-apiNya seluruh alam semesta ciptaanNya Sendiri, dan akhirnya terbakar atau musnahlah alam semesta ini dalam DiriNya Sendiri. Dengan kata lain, semua yang berasal dari Dia kembali kepadaNya, tanpa kecuali.

Page 4 of 6
31. Aduh Vishnu! Beritahukanlah daku siapakah DiKau ini. Mengapa bentukMu begitu menakjubkan? Aku memujaMu: Ampuni daku, Tuhan Yang Maha Agung! Aku ingin mengetahuiMu, Yang Maha Esa! Karena Tak kuketahui akan jalan-jalanMu!
Arjuna, pada saat ini ibarat telah kacau pikirannya, bukan saja ia amat takjub pada penampilan yang maha-dahsyat ini, tetapi juga sekaligus ia ketakutan dan gemetar akan kebesaran Yang Maha Kuasa yang tak ada tandinganNya ini. la pun bertanya-tanya bagaimana cara kerja sebenarnya dari Yang Maha Kuasa menunjang kehidupan di alam semesta ini, dan ketakutanlah ia melihat para pahlawan-pahlawan nan sakti dari kedua laskar di Barata-Yudha ini, semuanya melaju deras ke mulut Sang Kreshna (Sang Vishnu) yang amat menakutkan ini. Bukan saja mereka yang bersifat iblis, tetapi mereka yang dianggap baik pun melaju deras ke arah kematian. Segera ia memohon ampun kepadaNya karena gentarnya menghadapi Yang Maha Esa dalam bentukNya yang sukar dimengerti ini. Bukankah kita manusia ini sering sekali ingin melihat bentuk Yang Maha Kuasa, tetapi siapakah sebenarnya di dunia ini yang mampu melihatNya? Baru sebagian kecil dari bentukNya saja sudah menyeramkan, apa lagi bentukNya yang maha tak terbatas. Arjuna sendiri yang disebut pahlawan utama saja tidak mampu menahan gentarnya, apa lagi kita manusia awam.
Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan, terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita, agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi. Arjuna yang gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu di sekujur raganya, jatuh berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini? Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang Kreshna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang dilanda rasa takjub yang luar biasa ini.

Bersabdalah Yang Maha Esa:
32. Aku adalah Sang Waktu, yang menghancurkan dunia ini! Sang Waktu Yang menumpas, saatnya telah tiba kini, dan matang bagi hancurnya para laskar ini: walaupun engkau lari, semua ini akan tetap binasa.
Sang Kreshna adalah Sang Kala (Waktu), Sang Waktu yang mematikan para laskar, pendekar dan pahlawan di Kuruksetra. Di alamNya Sang Kreshna tak ada waktu, atau kondisi-kondisi yang terikat pada waktu. Tetapi di dunia ini terciptalah waktu, yang sebenarnya adalah hasil ilusi manusia itu sendiri, seperti pagi dan malam, hari-hari, dan jam-jam, bulan-bulan dan tahun-tahun dan lain sebagainya, sehingga manusia itu sendiri terjebak di dalam waktu yang menjadi hasil karyanya sendiri. Sehingga semuanya oleh manusia diukur dengan waktu, baik itu pekerjaan maupun itu usia seseorang. Akibatnya manusia itu selalu berpacu dengan sang waktu, sehingga terciptalah juga kondisi-kondisi seperti waktu-kelahiran dan waktu-kematian. Kalau saja manusia tidak terikat pada waktu maka kita pun tak akan terikat kepada dunia ini dan segala ekses-eksesnya dan segala aspek-aspeknya seperti mati, lahir, hidup, dan lain sebagainya. Apakah sebenarnya yang kita cari di dunia ini, mengapa manusia selalu terburu-buru berpacu dengan sang waktu, seakan-akan semua akan menjadi berlarut-larut? Padahal semua ini hanyalah ilusiNya saja. Kita seharusnya sadar bahwa Sang Waktu Yang Sejati adalah Yang Maha Esa, Ia lah Yang Maha Tahu bila seseorang atau makhluk harus lahir dan harus mati, dan bila ia (seseorang) harus bekerja dan berfungsi semestinya seperti yang telah Ia atur.
33. Bangkitlah dikau, ayo! Dapatkanlah yang sudah diketahui! Berperanglah dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya! Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Kshatrya! Arjuna boleh lari dari kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung-jawabnya sebagai seorang pahlawan dan kshatrya dan ingkar dari kewajibannya, tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja, bertindak atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang menentukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini. Om Tat Sat.
34. Menyeranglah dikau terhadap Drona! Dan seranglah Bhisma! Juga Kama, dan Jayadratha — semua pahlawan di sini. Ketahuilah sudah Kuputuskan mereka binasa! Janganlah gentar! Berperanglah dikau dan tumpaslah yang telah tertumpas ini!
Arjuna hanya diminta untuk menjadi alat atau instrumen Sang Maha Kuasa saja, karena kematian semuanya di Kurukshetra telah ditakdirkanNya sesuai dengan kehendakNya semata. Yang penting bagi Arjuna (dan kita tentunya) adalah usaha atau perjuangan yang 'simbolis' saja. Seyogyanya kita pun berperang terhadap hawa-nafsu dan angkara-murka yang meraja-lela di sekitar kita, dan kita pasti akan berhasil selama kita bekerja demi dharma-bhakti kita terhadapNya semata. Serahkan semua hasil atau buah dari setiap tindakan ini kepadaNya untuk ditentukan sesuai dengan keinginanNya, karena la juga Yang Maha Menentukan semuanya ini, kita hanya bertindak sebagai alat-alatNya saja.

Berkatalah Sanjaya:
35. Setelah mendengar kata-kata ini dari Sang Kreshna, Arjuna sambil mengatubkan kedua tangannya, dalam keadaan gemetar, membungkukkan badannya untuk bersujud. Penuh rasa gentar dan bersuara sengau, Arjuna sekali lagi menyapa Sang Kreshna.

Berkatalah Arjuna:
36. Oh Kreshna! Benar-benar dunia ini berbahagia menyaksikan kekuasaanMu yang tanpa Batas, dan memujaMu! Para raksasa yang ketakutan akan bentukMu lari tunggang-langgang, dan para Siddha bersujud kepadaMu.
37. Bagaimana mungkin mereka tak menghormatiMu, Tuhan! Oh Dikau Yang Agung dan Esa! Dibandingkan dengan Sang Brahma yang agung dan pencipta pertama, Dikau lah Yang Maha Agung! Dikau Tuhan para dewa! Yang Maha Pasti! Ada - dan Tiada, Yang berbentuk Makhluk dan Yang bukan Berbentuk makhluk, dan Yang lebih lagi dari keduanya ini - Itu Yang Maha Gaib - Yang Maha Esa!
38. Dikau adalah di atas para dewa. Dikaulah Manusia Abadi. Di dalamMu alam semesta terjamin kelestariannya! Yang Mengetahui dan Yang Diketahui -dua dalam satu adalah Dikau! Tujuan Yang Agung dan Suci, semuanya ada di dalamMu!
39. Oh, Dikau adalah Sang Vayu (Sang Bayu)! Dan Dikau adalah Yama (Kematian)! Agni (Api) dan Dikau adalah Sang Ombak! Dan Dikau adalah Sang Rembulan! Prajapati adalah Dikau. Bapak dari semuanya! Seribu kali aku berseru memujaMu!

Page 5 of 6
40. Seru puja kepadaMu dari depan dan belakang! Dan seru puja di setiap sisi! Oh Semua! Dengan kekuatanMu, Oh Yang Tanpa Batas! Sendiri, Dikau mengelilingi semuanya.
Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!
Begitu kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah ia bersenandung, memuja Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar jiwa-raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna (di sloka-sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih, hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa—kuasa yang terang datang bersujud di hadapanNya, memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa henti-hentinya.

Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga yang memelihara alam semesta ini, dan bukankah semua yang bergerak dan dan yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga? Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat(yang tidak abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga terbentuk fenomena-fenomena alam seperti angin, hujan, kematian, api, rembulan, dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya, Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, "Dikaulah SemuaNya, Oh SemuaNya."
41. Sering aku berbicara kepadaMu secara gegabah, dan kupikir Dikau sebagai 'teman' dan tak kusadari akan kebesaranMu ini, dan kupanggil Dikau 'Kreshna,' 'Pangeran' atau 'Sahabat'!
42. Karena sayang dan juga karena ingin bercanda denganMu, sering kuberbuat salah terhadapMu, pada saat-saat kita sedang berbaring, duduk, bersantap atau sedang berduaan, atau sedang dengan yang lain-lainnya! Oh Yang Tak Berdosa, untuk ini (semua) kumohon kepadaMu! Maafkan! Maafkan kesalahan-kesalahan ku, Yang Maha Abadi!

Arjuna yang baru sadar bahwa Sang Kreshna yang selama ini dianggapnya teman bercanda (hubungan keduanya amat akrab) di bumi ini, ternyata adalah penjelmaan Yang Maha Esa, dan karena takut dan takjubnya, langsung secara amat spontan dan jantan ia pun meminta dimaafkan semua kesalahan-kesalahannya. Bukankah sering sekali hal-hal yang serupa kita alami juga. Kita sering memuja Yang Maha Esa dengan harapan la akan datang menolong kita dari penderitaan yang kita alami. Sebenarnya setiap saat la hadir dan menolong kita, tetapi dalam bentuk orang lain, atau makhluk lain, bahkan dalam bentuk sesuatu kejadian, yang tidak kita sadari, dan sering sekali kita mencemoohkan atau mengacuhkan semua ini. Kita sering lupa akan Dia karena kehidupan kita sehari-hari hanya diperhitungkan secara duniawi dan berdasarkan yang ilmiah-ilmiah saja, bahkan yang kita anggap rasional saja. Lupa kita akan kehidupan dan kemukjizatan spiritual, ke-gaiban-Nya yang maha tak terkirakan atau terpikirkan itu. Semua sering sekali kita anggap suatu kebetulan belaka, di dunia ini tiada sesuatu pun yang serba kebetulan, semuanya secara spiritual sudah terencana dan terkoordinir dengan baik, sampai ke hal-hal yang sekecilnya, ini harus dicamkan oleh kita semuanya. Kalau sadar akan hal ini, maka segeralah memohon maaf kepadaNya, karena Ia Maha Pemaaf dan Pengasih dan Penyayang kita semuanya.
43. Karena sekarang kuketahui Dikau adalah Bapak Agung dari semua yang dibawah dan semua yang di atas, dari semua loka-loka di seluruh alam semesta ini! Dikau adalah guru yang paling dikagumi dan tak tertandingi di seluruh loka-loka ini. Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang lebih agung dari kebesaranMu? Dikau lah Yang Tertinggi, Tuhan, kupuja Dikau!
44. Dengan tubuh yang membungkuk dan menunduk, aku bersujud dan memohon karuniaMu, Oh Tuhan Yang kukagumi! Tunjanglah daku, ibarat seorang ayah yang menolong putranya, ibarat seorang sahabat yang menolong sahabatnya, ibarat seorang kekasih yang menolong yang dikasihinya!
Arjuna di sloka-sloka di atas menyebut Sang Kreshna sebagai 'Ayah atau Bapak semua loka-loka,' sebagai seorang guru yang tanpa tandingannya, dan Arjuna pun memohon kepadaNya agar Sang Kreshna sudi membantu, menolong dan menunjangnya ibarat seorang ayah yang menolong anak-anaknya, dan beberapa contoh-contoh lainnya seperti di atas. Dengan kata lain, sebenarnya Arjuna yang telah sadar akan KebesaranNya mohon agar sudi di kasihi dan dikaruniai oleh Yang Maha Kuasa. Barang siapa sadar akan kasih-sayang Ilahi Yang Tak Ada Taranya itu, maka orang ini pastilah seseorang yang telah mendapatkan penerangan dan kebijaksanaan yang tak ada taranya. la betul-betul telah sadar secara sejati akan Yang Maha Esa dan Segala KebesaranNya.
45. Telah kulihat Itu yang tak pernah terlihat sebelum ini — bentukMu yang menakjubkan! Hatiku bahagia tetapi penuh dengan ketakutan! Oh Tuhannya tuhan-tuhan! Gunakanlah tubuh duniawiMu, agar terlihat oleh mata duniawi (ini)!
Jiwa Arjuna tergetar terus melihat Kebesaran Yang Maha Kuasa ini, Yang Tanpa Batas dan tak pernah terlihat oleh siapapun sebelum ini. Tetapi karena ketakutan akan WujudNya ini, ia berseru memohon agar Sang Kreshna sudi kembali ke WujudNya yang semula seperti wujud manusiaNya, yaitu Sang Kreshna, agar Arjuna dapat menyaksikannya lagi dengan mata manusianya tanpa merasa gentar lagi.
46. Kuharap melihatMu seperti yang dahulu, berhiaskan mahkota, gada dan cakra di tangan, Oh Yang Bertangan Seribu, Oh bentuk Yang Universal, Mohon perlihatkan bentukMu sebagai Vishnu Yang Bertangan Empat!Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
47. Yah! Telah kau lihat, Arjuna! Dengan karuniaKu dan melalu kekuatan Yoga, bentukKu yang agung dan suci, Yang Maha Luas,
48. Dan menakjubkan, sangat terang-benderang, tak ada habis-habisNya, Yang utama (pertama), Yang mengisi semuanya---Yang selain dikau tak pernah terlihat oleh yang lainnya sebelum ini! Penglihatan ini tak dapat terlihat oleh Veda-Veda, atau para pangeran! Atau dengan pengorbanan, atau amal, atau dengan mantra-mantra, atau dengan puja-puji suci, atau dengan puasa yang berkepanjangan. Tak seorang pun di dunia ini dapat melihatnya, karena penglihatan ini hanya disimpan untuk dikau semata!
Sang Kreshna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya semata dan tidak diperlihatkan kepada dewa-dewa atau yang lain-lainnya. Suatu penghormatan yang luar biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan pemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan mendapatkan Karunia ini, seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang disayangiNya.
49. Janganlah kalut! Janganlah dikau gentar, karena melihat bentuk yang menakutkan ini! Bebaslah dari rasa takutmu! Berbahagialah hatimu! Saksikanlah lagi bentukKu yang telah lama dikau kenal! Berkatalah Sanjaya:
50. Setelah bersabda demikian kepada Arjuna, Sang Kreshna sekali lagi kembali ke bentukNya yang semula. Yang Maha Agung, setelah kembali ke bentuk yang lembut, menghibur Arjuna yang sedang ketakutan.

Page 6 of 6

Berkatalah Arjuna:
51. Sekali lagi kulihat bentuk manusiaMu yang lembut, oh Kreshna, dan jiwaku berubah tenang. Aku kembali ke sifatku yang semula. Mulailah hilang rasa takut dan gentar sang Arjuna, setelah melihat vujud lembut Yang Maha Pengasih. Yang dimaksud dengan wujud lembut Sang Kreshna adalah wujudNya sebagai manusia. Di versi lain Bhagavat Gita yang diterjemahkan oleh pengarang-pengarang lainnya, maka di sloka-sloka di atas diterangkan bahwa Yang Maha Esa, mengubah DiriNya dari bentukNya yang menyeramkan ke bentuk Sang Batara Vishnu yang lembut dan bertangan empat, dan langsung kemudian merubah DiriNya lagi ke bentuk lembut Sang Kreshna. Walaupun oleh penterjemah buku ini XL Vaswani tidak disebutkan secara jelas hal di atas ini, tetapi sudah terang maksudnya demikian, karena pada sloka-sloka di bawah ini ada hubungannya dengan bentuk Sang Vishnu tersebut.

Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
52. Sukar sekali untuk melihat bentukKu yang telah kau saksikan ini (bentuk Sang Vishnu bertangan empat). Bahkan para dewa mendambakan sekali melihatKu dalam bentuk ini.
53. Tetapi tak dapat Aku terlihat dalam bentuk yang telah kau saksikan ini, walaupun dengan (mempelajari) Veda-Veda, dengan puasa, dengan pemberian-pemberian atau dengan pengorbanan-pengorbanan.

Sang Kreshna menegaskan sekali lagi kepada Arjuna, bahwa tidak mungkin la dapat terlihat dalam bentuk agungNya seperti yang disaksikan oleh Arjuna baru saja, walaupun seseorang menyiksa dirinya setengah-mati, atau beramal sebanyak apapun juga, atau bahkan dengan mempelajari Veda-Veda selama apapun juga. Mengapa Sang Kreshna mengulang semua pernyataan ini kepada Arjuna? Karena dibalik itu tersirat suatu jalan untuk melihatNya dalam bentukNya yang mulia dan maha suci ini, dan jalan itu juga terbuka untuk kita semua. Perhatikanlah sloka-sloka yang menyusul di bawah ini, karena sebenarnya yang dikenhendaki oleh Yang Maha Esa dari kita semuanya ini amat sederhana sifatnya dan bukan yang sukar-sukar atau yang menyiksa diri sendiri. Lihat sloka yang berikutnya ini.
54. Tetapi hanya dengan kesetiaan kepadaKu semata — kesetiaan (dedikasi) yang tak terpecah-pecah — maka Aku akan diketahui dan terlihat dalam intisariKu dan bahkan dimasuki ke dalamNya, oh Arjuna!
55. Seseorang yang bekerja untukKu, yang menjadikan DiriKu sebagai tujuan yang suci dan agung -- ia, pemujaKu, lepas dari keterikatan, tanpa rasa-jahat kepada sesama makhluk, ia datang kepadaKu, oh Arjuna! Jadi sebaiknya seseorang tak perlu untuk mencari-cari kekuatan-kekuatan gaib untuk dirinya agar menjadi sakti atau berpengaruh secara duniawi. Yang Maha Esa dan yang peneranganNya tidak dapat dicapai dengan kesaktian jenis apapun juga, karena kesaktian yang sejati diberikanNya sendiri kepada mereka-mereka yang memenuhi kriteria-kriteriaNya untuk hal-hal tersebut; penggunaan kesaktian-kesaktian ini umumnya harus bersifat kemanusiaan dan untuk sesamanya dan demi pengabdian kepadaNya semata. Kesaktian semacam ini umumnya timbul atau datang tanpa diminta dan merupakan karuniaNya yang khusus untuk pemuja-pemujaNya yang tulus dan beriman dan tanpa-pamrih. Maka seyogyanyalah berdedikasi kepadaNya tanpa terpecah-pecah iman maupun pikiran kita, terpusat seluruhnya kepadaNya semata, dan jadikanlah Ia tujuan kita yang suci dan agung, dan cintailah, hormatilah, dan tolonglah sesama makhluk di dunia ini secara merata dan tanpa diskriminasi, karena bagaimana mungkin sesorang mencintaiNya dengan tulus kalau ia tidak mencintai atau mengasihi semua ciptaanNya di alam semesta ini secara tulus. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain, atau mengusik makhluk lainnya yang tidak berdosa maupun yang berdosa tanpa seseuatu alasan yang pasti dan dapat dipertanggung-jawabkan kepadaNya. Dengan begitu kita akan meniti jalan ke arahNya. Jadi intisari ajaran-ajaran Sang Kreshna adalah kalau seseorang ingin melihatNya atau ingin mencapaiNya atau dengan kata lain ingin mengetahui dan mengenal ilmu pengetahuan yang agung dan suci dan kebijaksanaan yang agung dan suci ini, maka jalannya amat sederhana, yaitu "dedikasi dan kesetiaan yang tulus kepadaNya semata." Benar kata Sri Shankar Acharya, seorang guru besar Hindu di masa yang lalu, bahwa sloka 55 pada bab ini sebenarnya adalah "intisari dari seluruh Bhagavat Gita."
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya-Sastra Yoga, dialog antara Sang Kresnha dan Arjuna, bab ini adalah bab yang kesebelas yang disebut: Vishvarupa Darshana Yoga atau Ilmu pengetahuan Tentang Penglihatan Bentuk Kosmos.

Bab 12 - Jalan Dedikasi (Bhakti)
Berkatalah Arjuna:
1. Para pemuja yang selalu harmonis, memujaMu, dan para pemuja lainnya yang memuja Yang Tak Terbinasakan, Yang Tak Berbentuk - di antara mereka ini, yang manakah yang lebih terpelajar dalam ilmu pengetahuannya (dalam yoganya.)
Pertanyaan ini mungkin telah menggelitik kita selama ini, karena pasti merupakan salah satu pertanyaan di dalam hati sidang para pembaca yang terhormat. Yang manakah yang lebih baik atau sempurna, memuja Sang Kreshna dalam bentuk manusiaNya, atau memuja Yang Maha Esa (Para Brahman), Yang Maha Agung dan Abadi, Yang Tak Berbentuk, Yang Maha Hadir dan Yang Tak Terbinasakan. Jalan manakah yang terbaik: berbhakti kepada Sang Kreshna atau berkonsentrasi kepada Sang Brahman Yang Tak Terlihat oleh mata duniawi kita? Dalam pemujaan terhadap Sang Kreshna terdapat dua faktor penting, yaitu bhakti dan/atau dedikasi, dan kedua seva atau pekerjaan/pemujaan yang dipersembahkan kepadaNya. Dengan kata lain: bekerja untukNya. Tetapi dalam pemujaan kepada Yang Maha Esa Para Brahman, bhakti atau seva tidaklah dianggap penting, yang penting adalah meditasi secara terus-menerus (berkesinambungan) atau pemfokusan pikiran (mental) yang terus-menerus kepada Yang Maha Esa (kontemplasi). Tentu saja bagi Arjuna di masa itu, dan bagi kita di masa kini, pertanyaan akan timbul, pemujaan yang manakah yang terbaik, sebenarnya bukankah Sang Kreshna dan Para Brahman ini sama saja, dua dalam satu, atau satu yang menjadi dua. Bersabdalah Yang Maha Pengasih:

2. Mereka yang memusatkan pikirannya kepadaKu, memujaKu, yang selalu harmonis dan terlapis dengan iman yang tertinggi - merekaKu anggap sebagai yogi-yogi yang terbaik.
3. Mereka yang memuja Yang Maha Tak Terbinasakan, Yang Tak Terterangkan, Yang Tak Berbentuk, Yang Selalu Hadir, Yang Tak Terpikirkan, Yang Tak Berganti-ganti, Yang Tak Bervariasi, Yang Konstan –
4. (Mereka yang memuja dengan cara demikian), menahan indra-indranya, memandang setiap benda secara sama-rata, bahagia dengan kesentosaan setiap makhluk -- mereka pun datang padaKu.
5. Mereka yang pikirannya terpusat kepada Yang Maha Esa (Yang Tak Berbentuk), berusaha secara susah-payah (untuk mencapaiNya); karena jalan ke arah Yang Maha Esa ini sukar bagi mereka yang memiliki raga.
Sang Kreshna mengatakan bahwa kedua bentuk methode dedikasi atau pemujaan di atas adalah benar, tetapi dengan memuja Sang Kreshna dalam bentuk manusia itu lebih efisien atau mudah, karena manusia cenderung memilih bentuk yang mudah dimengerti, sedangkan Yang Maha Esa dalam bentukNya yang tak terlihat dan tak berwujud, tentu saja sukar untuk dihayati dan dijangkau oleh rata-rata manusia, apa lagi yang masih gemar akan kenikmatan duniawi, tetapi ini tidak berarti lalu tidak ada manusia yang mampu langsung mencapaiNya (Para Brahman). Sebenarnya dalam sejarah agama Hindu terdapat banyak bukti bahwa banyak sekali individu-individu suci yang mampu menjangkauNya (mencapai Yang Maha Esa) dan bersatu denganNya. Bagaimana pun juga setelah tahap pemujaan kepada Sang Kreshna maka pemuja ini pada kesempatan berikutnya akan diteruskan kepada Sang Brahman juga. Di sini Sang Kreshna bertindak amat demokratis dan fleksibel, la memperbolehkan para pemuja untuk memuja dengan jalan apa saja sesuai dengan keinginan kita.
6. Mereka yang mengkonsentrasikan setiap tindakan mereka kepadaKu, memandangKu sebagai Tujuan Yang Agung dan Suci, dan yang dengan dedikasi yang tunggal, memujaKu dan bermeditasi kepadaKu,
7. Mereka ini, oh Arjuna, dengan segeraKu selamatkan dari samudra kematian dan kehidupan, mereka yang pikirannya selalu terpusat kepadaKu.
Di sini terlihat Sang Kreshna menganjurkan Arjuna untuk memilih jalan bhakti kepada Sang Kreshna, karena sebagai manusia yang memiliki raga, jalan ini lebih cepat dan mudah. Dan dengan jalan ini pun asalkan dedikasinya tak terpecah-pecah, maka pasti akan diselamatkan dari dunia yang penuh dengan derita ini.
8. Pusatkan padaKu semata pikiranmu dan letakkan pengertianmu di dalamKu. Dan tanpa ragu lagi sesudah ini dikau akan tinggal denganKu semata.
9. Tetapi jika dikau tak mampu secara teguh memusatkan pikiranmu padaKu, sebaiknya dikau berusaha untuk mencapaiKu, oh Arjuna, dengan yoga yang penuh konsentrasi dan usaha yang terus-menerus.
10. Dan juga sekiranya dikau tak mampu untuk mengusahakan konsentrasi, beritikadlah untuk bertindak demi Aku. Bekerjalah demi Aku, dan dikau akan mencapai kesempurnaan.
11. Dan sekiranya dikau tak bersemangat untuk bertindak demikian, maka lepaskan hasrat untuk mendapatkan hasil dari tindakan-tindakanmu, carilah perlindungan dan berdedikasilah kepadaKu, dengan cara mengendalikan dirimu.
Sang Maha Pemurah Hati, Sang Kreshna mulai menerangkan cara-cara atau tahap-tahap dedikasi menuju Sang Kreshna, dan semua keterangan ini diberikan dengan cara yang amat demokratis dan tidak mengikat atau memaksa Arjuna atau pun kita semua. Cara-caraNya amat mudah dan dapat disarikan sebagai berikut ini:
a) Pusatkan pikiran kepadaNya semata dan usahakan agar pengertian kita ada dalam DiriNya (Sang Kreshna atau Yang Maha Esa). Konsentrasi pikiran dan daya intelek kita pada Sang Kreshna, Yang Maha Esa, secara perlahan, terarah dan pasti, adalah cara yang terbaik. Berkonsentrasi kepadaNya walaupun ditengah-tengah kesibukan pekerjaan kita menandakan makin matangnya kita dan dedikasi kita kepadaNya. Pikiran (mind) dan buddhi (intelek atau pengertian yang benar) kalau digabung dan dipusatkan kepadaNya pasti akan menghasilkan keajaiban-keajaiban atau pengalaman-pengalaman yang menakjubkan dan tak dapat dipercaya oleh orang lain. Dengan jalan lain semua ini mengajurkan kita untuk bermeditasi atau bersemedi barang sejenak setiap harinya dengan meluangkan sekedar waktu yang khusus untuk dan kepada Sang Kreshna, Yang Maha Esa dengan penuh bhakti dan dedikasi, dan kasih yang tulus.
b) "Dengan ilmu pengetahuan (yoga) yang penuh usaha, cobalah untuk mencapaiKu," kalau pertama di atas tadi seseorang dianjurkan bermeditasi atau memusatkan pikiran dan inteleknya kepada Sang Kreshna, maka pada anjuranNya yang kedua disabdakan kepada mereka yang tidak mampu melakukannya untuk mencoba dengan usaha-usaha untuk mencapaiNya, dan ini disebut abhyasa-yoga (yoga usaha atau disiplin kebebasaan), yang merupakan tahap yang lebih mudah bagi seseorang. Abhyasa atau kebiasaan memujaNya pasti lambat laun akan meningkat menjadi suatu yang teguh, dan kemudian proses ini lambat laun akan berubah menjadi meditasi pada suatu saat. Untuk menjadi meditasi maka Yang Maha Kuasa pasti akan menunjukkan jalannya waktu saat untuk itu tiba.
c) "Berkemauanlah bekerja demi Aku," kalau samadhi atau meditasi belum dapat dilaksanakan maka sebaiknya abhyasa, tetapi kalau yang kedua ini pun masih sukar untuk dilaksanakan, maka cobalah jalan ketiga yang bersifat tahap yang lebih awal lagi dari dua jalan di atas tadi, yaitu kita sebaiknya mencoba bekerja demi Sang Kreshna, Yang Maha Esa, dalam setiap tindakan kita. Secara mental kita berusaha untuk menyerahkan semua hasil pekerjaan kita kepadaNya. Apapun yang kita lakukan, apakah itu makan dan minum, tidur, bekerja demi keluarga, kewajiban apapun yang kita lakukan, lakukan demi pemujaan terhadap Yang Maha Esa semata, jadikanlah Ia tujuan atau cita-cita akhir kita semuanya.
d. "Serahkan atau pasrahkan semua hasil pekerjaanmu kepadaNya," dan kalau bekerja unrukNya masih terasa sukar, maka Sang Kreshna dengan amat demokratis dan banyak kompromi, dan dengan kasihNya menganjurkan agar hasil atau efek atau buah dari setiap tindakan, pekerjaan, aksi atau perbuatan kita dipersembahkan kepadaNya. Tidak berlebihan bukan anjuran Yang Maha Pengasih ini? Kita tetap saja bekerja demi keluarga dan kewajiban kita, tetapi semua hasil atau efek dari pekerjaan ini secara mental kita persembahkan kepadaNya, dan terserah kepadaNya apapun hasil pekerjaan itu, karena bukankah semua ini dariNya, untukNya dan olehNya juga! Pasrahkanlah semua nya kepada Yang Maha Esa, dan terjadilah apa yang harus terjadi sesuai dengan kehendakNya semata. Berimanlah kepadaNya selalu, dan semuanya akan berakhir dengan baik sesuai dengan rencana-rencanaNya yang telah diaturNya secara cermat dan terperinci masing-masing untuk setiap individu dan makhluk dan lain sebagainya. Sekali semuanya sudah dipasrahkan dan dipersembahkan kepadaNya, maka semua itu bukan masalah atau kenikmatan kita lagi, tetapi sudah menjadi persoalan Yang Maha Esa kembali, jadi terjadilah apa yang harus terjadi. Yang penting adalah iman kita kepadaNya dalam segala-galanya. Serahkanlah setiap sukses dan kegagalan kita kepadaNya, dan jangan sekali-kali meminta atau mengharapkan apapun dariNya kecuali kehendakNya, dan bekerjalah selalu sesuai dengan kewajiban kita. Terimalah semua kehendakNya dengan senang, pasrah, tulus dan jujur dan tanpa pamrih. Berterima-kasihlah untuk semua yang telah diberikanNya kepada kita, apapun itu sifatnya. Sloka-sloka berikutnya banyak menyiratkan pemberian dan kasih-sayang Yang Maha Esa kepada kita semua
12. llmu pengetahuan itu lebih baik sifatnya daripada usaha konsentrasi yang terus-menerus, meditasi itu lebih baik daripada ilmu pengetahuan, dan yang lebih baik dari meditasi adalah persembahan semua hasil perbuatan karena setelah itu menyusullah kedamaian,
Secara bertahap sebenarnya Sang Kreshna menganjurkan kita meniti jalan ke arah kedamaian dalam hidup ini, yaitu melalui abhyasa (usaha dan konsentrasi) lalu menanjak ke ilmu pengetahuan, alau naik lagi ke meditasi, dan lalu yang lebih tinggi lagi, yaitu pemasrahan secara total semua hasil dari perbuatan kita, dan setelah pemasrahan total ini maka akan ditemui kedamaian. Sebenarnya semua tahap atau jalan yang diajarkan Sang Kreshna itu penting bagi kehidupan spiritual kita, tetapi yang paling penting adalah pemasrahan secara total semua hasil dari perbuatan kita secara sadar dan tulus, dan tanpa pamrih yang diikuti oleh mental atau pikiran dan buddhi kita secara paralel. Inilah sebenarnya rahasia agung dan suci yang tersirat dalam ajaran-ajaran Sang Kreshna dalam Bhagavat Gita, dan kalau kita secara tulus, suci dan sadar melaksanakan semua ini, maka yang dikembalikan kepada kita ini adalah rasa kedamaian yang tak ada taranya, dan apa lagi yang lebih penting untuk sesuatu makhluk hidup di dunia ini kalau bukan rasa damai yang tanpa disertai rasa takut atau khawatir dalam menjalani hidup ini!
13. Seseorang yang tak mempunyai itikad buruk terhadap siapapun (dan apapun), bersikap bersahabat dan selalu simpatik, bebas dari rasa egoisme dan rasa memiliki, dalam suka dan duka bersikap tenang, selalu memaafkan;
14. Sang yogi ini yang selalu menerima apa yang didapatkannya, selalu harmonis dan menjadi tuan (yang berkuasa) atas diri pribadinya sendiri, tegas, dengan pikiran dan intelek yang didedikasikan kepadaKu — ia, pemujaKu ini, adalah yang Kukasihi.
Sang Kreshna menyambung ajaran-ajaran dan keterangan-keterangan spiritual yang penting untuk dipelajari Arjuna dan kita semua. Kita kemudian sekarang ini dapat menilai diri-pribadi kita masing-masing, menilai karakter dan jiwa kita masing-masing apakah jalan-hidup kita sudah sesuai dengan yang dianjurkan Sang Kreshna Yang Maha Pengasih ini atau masih jauh dari itu semua? Dan kalau sudah memenuhi semua kriteria-kriteria di atas maka, apakah ungkapan itu jujur dan tulus dan disertai rasa kesadaran yang sejati, atau hanya dibuat-buat atau dirasakan saja? Berkarakter atau bersifat seperti yang dianjurkan Sang Kreshna ini tidaklah mudah dilakukan oleh manusia yang duniawi sifatnya, walaupun nampaknya anjuran-anjuran Sang Kreshna ini mudah dan sederhana. Diperlukan latihan, penghayatan dan kesadaran yang harus dilalui dengan proses yang memakan waktu dan disiplin spiritual yang ketat dan tegar.
15. Seseorang yang tidak mengusik dunia ini dan tidak terusik oleh dunia ini, yang bebas dari rongrongan rasa nikmat, marah, dan takut — ia adalah yang Kukasihi.
Yang dimaksud Sang Kreshna di atas ini adalah seseorang yang tak mengusik, mengganggu dan menyusahkan orang lain, makhluk-makhluk lain dan alam serta benda-benda di mana pun juga tanpa sesuatu alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan; dan tindakan semacam ini tidak dapat ditolerir olehNya walaupun sekecil apapun tindakan ini. Juga orang ini (pemujaNya) sebaliknya tidak merasa susah atau merasa diganggu atau terusik oleh orang maupun makhluk lain, karena sadar bahwa semua ini adalah ciptaan-ciptaanNya dan terjadi karena kehendakNya dan pada dasarnya adalah la juga. Orang yang sadar ini disebut harmonis sifatnya. la telah lepas dari segala bentuk rasa takut, senang, marah dan penampilannya selalu harmonis dan tenang dalam menghadapi segala sesuatu baik yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Orang semacam ini adalah "kekasihNya" (Yang dikasihiNya).
16. Seseorang yang tak berambisi, yang bersih, cekatan dan cerdik dalam tindakan, tak bernafsu, bebas dari rasa takut, yang mempersembahkan hasil dari setiap keputusannya kepadaKu - ia, pemujaKu adalah yang Kukasihi.
17. Seseorang yang tidak bergembira, tidak membenci, tidak bersedih, tidak bernafsu (berangan-angan untuk memiliki atau menikmati sesuatu), yang mempersembahkan buah dari kebaikan dan keburukan - pemujaKu yang setia adalah yang Kukasihi.
Seseorang yang tak berambisi untuk diri-pribadinya sendiri dan tak mengharapkan apapun juga dari segala tindakan-tindakannya, baik secara fisik, mental maupun spiritual dan material; yang tegas, peka, ahli dan bekerja dengan cekatan demi kebenaran dan hal-hal yang positif; yang secara cepat mengambil keputusan dalam suatu keadaan darurat, dan yang selalu memasrahkan hasil dari setiap keputusan dan perbuatannya baik yang buruk maupun yang baik kepadaNya semata, tidak akan mempunyai rasa takut untuk menghadap masa depan dan semua yang dihadapiNya. Yang tak mementingkan atau menginginkan sesuatu dan tak bersedih hati untuk apapun yang dihadapinya adalah yang "dikasihiNya," yang dikasihi oleh Sang Kreshna. Andaikan sang pemuja yang penuh dedikasi dan kesetiaan ini sudah mempersembahkan dirinya secara total sebagai alat kepada Yang Maha Esa, maka sang alat ini lalu sadar bahwa ia seharusnya berkewajiban untuk dipergunakan oleh Yang Maha Esa sesuai dengan kehendakNya, apapun kehendakNya itu, dan semua hasil pekerjaan yang dilakukannya bukan miliknya tetapi milik Yang Maha Menentukan, jadi lalu apa lagi yang harus disedihkan dan apa lagi yang harus digembirakan? Apa lagi yang harus membuatnya marah, benci atau dendam dan bebagainya? Tidak ada lagi! Semua adalah pekerjaanNya, dan semua adalah alat-alatNya semata yang memainkan peranannya masing-masing di dunia ini; dalam kehidupan kita ini! Semakin ia sadar akan hal ini, semakin dikasihi ia olehNya, Yang Maha Pengasih dan berbahagialah ia yang merasa dikasihi dan dilimpahi oleh kasih Yang Maha Kuasa, karena mencapai status ini tidaklah mudah dan boleh dikatakan amat langka dalam dunia yang penuh dengan ilusi duniawi ini. Yang Maha Esa Sendiri sebenarnya Amat Pengasih, terserah pada kita ingin mendapatkan limpahan kasihNya yang bersinar terus secara sama rata untuk setiap makhluk-makhlukNya, atau terserah kita untuk menolak kasih ini dan lebih erat lagi merangkul nafsu-nafsu duniawi kita dan terikat erat kepada nafsu-nafsu ini.
18. (Seseorang) yang bersikap sama terhadap seorang teman atau seorang musuh, sama terhadap dingin dan panas, terhadap kenikmatan dan penderitaan, bebas dari keterikatan,
19. Menerima secara sama rata pujian dan fitnah, bersikap diam, merasa cukup dengan apa yang diterimanya, tak memiliki rumah, berpikiran stabil, ia pemujaKu yang setia, adalah orang yangKu kasihi.
Andaikan seseorang bersikap sama terhadap semua kejadian yang menimpanya, seperti senang dan susah, pujian atau hinaan, panas atau dingin, dan merasa semua itu sama saja kadarnya, dan selalu merasa cukup dengan apa yang melandanya dan apa yang diterimanya dan menganggapnya sebagai pemberianNya jua, maka orang suci semacam ini adalah orang yang dikasihiNya. Andaikan ia tenang dan damai dalam menghadapi segala sesuatu dan menyebarkan kedamaian ini pada orang-orang di sekitarnya dan pada dirinya secara senantiasa, maka jadilah ia seorang mauni (yang tenang dan damai secara lahir dan batin). Andaikan ia merasa tak memiliki rumah atau tempat-tinggal (aniketah), yaitu dengan kata lain berarti ia merasa dunia ini bukan milik atau rumahnya yang sejati, tetapi ia hanya seorang musafir yang sedang melakukan perjalanannya (yatra) demi suatu kewajiban yang disandangnya demi Yang Maha Esa, dan merasa bahwa rumah atau tempat-tinggalnya yang abadi ada di dalam Sang Kreshna, Yang Maha Esa, maka jadilah ia seorang yang paling dikasihi oleh Sang Kreshna, dan manusia suci semacam ini selalu tersenyum penuh arti dalam segala tindakannya; ia selalu bersikap tenang-tenang saja penuh arti.
20. Mereka, yang benar-benar memuja dharma (hukum) yang abadi ini, seperti yang diajarkan ini, dan penuh dengan iman, mempercayaiKu sebagai Yang Maha Agung dan Suci -- mereka, para pemujaKu, adalah yangKu kasihi.
Dan seorang pemuja yang tulus yang memuja dan menjalani dharma atau hukum yang diajarkan Sang Kreshna ini, yang adalah suatu bentuk dharma yang abadi dan tak akan pernah sirna sepanjang masa, dan yang mengantarkan kita semua kepada tujuan Yang Agung dan Suci, yaitu Sang Kreshna atau Yang Maha Esa itu Sendiri; pemuja semacam ini adalah yang dikasihiNya. Jelas sudah pesan-pesan Sang Kreshna untuk kita semuanya. Om Tat Sat.

Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya-Sastra Yoga, dialog antara Sang Kreshna dan Arjuna, maka bob ke dua-belas ini disebut:
Bhakti Yoga Atau Ilmu pengetahuan Tentang Dedikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar